Photobucket
Photobucket

Sabtu, 28 Mei 2011

Dinamika Kehidupan Pengrajin Batik


Oeng Masykur
Dinamika Kehidupan Pengrajin Batik
Batik... Aku tidak tahu, mulaikapan keberadaan  kerajinan batik di daerahku. Aku hanya tahu bahwa katanya kakekku adalah pengrajin Batik era tahun 20 an. Dan bapak ku, beliau juga seorang pengrajin batik. Dan inilah cerita bapak ku tentang dinamika kehidupan pengrajin batik.

                Pada era tahun 50 an, waktu itu kita belum mampu memproduksi kain putih halus untuk bahan batik atau mori atau lawon. Kita baru mampu memproduksi lawon kasar atau blacu. Oleh karena itu kain bahan batik yg halus seperti  lawon prima atau primissima, harus import dari India atau Belanda.
                Dan konon katanya kebijaksanaan Pemerintah waktu itu, bahwa yang mendapatkan prioritas untuk import lawon atau mori halus ini hanyalah GKBI yaitu Gabungan Koperasi Batik Indonesia. GKBI ini mempunyai primer di daerah-daerah dan di daerah ku Cirebon ialah Koperasi Batik Budi Tresna. Kemudian bapak ku adalah salah satu anggota dari koperasi tersebut.
                Bagi yg bukan anggota koperasi, sulit untuk memdapatkan mori halus ini karena adanya di GKBI dan didistribusikan ke Primer kemudian ditebus oleh anggota koperasi tsb.
Perlu di ketahui bahwa pedagang atau kolektor batik pada waktu itu kebanyakan adalah etnis Cina yg notabene bukan anggota Koperasi Batik. Disamping itu dia juga sebagai pengesub Batik pada pengrajin dan tentu saja dia memerlukan kain bahan batik atau lawon.
Nah begini... Agar etnis Cina yg pengesub ini mendapatkan lawon, maka ia menyewa kartu tanda anggota koperasi kepada pengrajin untuk menebus lawon. Kemudian lawon tsb disubkan pada pengrajin pula .
Jadi pengrajin Batik yg menjadi anggota koperasi, pada waktu itu mendapat dua keuntungan yaitu dari uang sewa kartu tanda anggota koperasi, dan dari hasil megesub batik pada etnis Cina tsb.
Konon katanya harga sewa kartu tanda anggota koperasi yg satu unit saja itu tidak murah. Dan aku tidak tahu apakah praktek-praktek ini termasuk etis atau tidak ya.. Tetapi yg jelas masa tahun 50 an adalah masa jaya bagi pengrajin batik yg menjadi anggota koparasi. Betapa tidak seorang pengrajin kecil dari daerah saja, sewaktu hajatan ia mampu mendatangkan Artis Ibukota terkenal  zaman itu seperti Rita Zahara, Bambang Hermanto dll. Hebat untuk ukuran waktu itu kan...
Akan tetapi di dunia ini tidak ada yg abadi. 1966 Pemerintah berganti dan kebijakan nya pun berganti. Ketika itu pengrajin batik kecil bagaikan orang buta yg kehilangan tongkatnya. Ia meraba kesana kemari mencari tongkat sebagai penunutun perjalanan hidupnya. Dan pengrajin Batik pun berganti generasi yg tentu saja mempunyai dinamika kehidupan pula.
Tetapi jangan lupa ini cerita bapakku lo. Aku ketika itu masih kecil jadi tidak tahu tetapi waktu aku bertanya pada orang-orang yg sebaya dgn bapak ku, katanya iya..... 
Segini saja ya cerita tentang dinamika pengrajin Batik zaman bapak ku. Dan kalau zaman aku, nanti saja yah .... he. he


Tidak ada komentar:

Posting Komentar